Rabu, 18 Februari 2015

SAMA SAJA

Untuk malam, angin, rintik hujan, suara kendaraan, sofa, lemari, lukisan rumah kuno, kusri putar, syrup, kalkulator dan kertas-kertas terserak.
Untuk politisi, pengusaha, ulama, perempuan, lelaki dan segala bisikan halus yang sedang mengajakmu ingkar dari komitmen-komitmen yang telah terbangun.

Tengoklah keatas kini. Kekiri dan kekanan. Balikkan badanmu kebelakang. Rasakan sesuatu sampai reaksi bulu-bulu dibadanmu menyadarkanmu bahwa dibalik yang tidak kau lihat, ada dua bola mata yang sedang mengawasimu dengan tajam. Mata yang tak pernah berkedip agar tak sedikitpun momen gerak-gerakmu lepas. Tangannya terus menulis.

Mata siapakah itu? Tangan siapakah itu. Untuk apa dia menulismu?
Pejamkan matamu, perhatikan suara-suara itu. Dengarkan suara apa saja yang ditangkap oleh gendang telingamu. Selaraskan hembus nafasmu dengannya. Amati seksama.

Suara apa dan suara siapakah itu?
Maka ketika kau memandang kaukah yang memandang. Ketika kau menulis kaukah pemilik tinta-tinta itu. Ketika kau rindu, kau benci, kepada siapakah kau rindu dan benci?

Lampu-lampu benderang. Pun televisi dan handphonemu terus menyala. Listrik telah menjadi kebutuhan vitalmu melebihi kebutuhanmu pada ibu dan bapak. Pada anak dan istri. Pada persahabatan. Pada sesama manusia.
Berapa harga nyawamu, Senilai uang berapa harga dirimu?
Ah kawan, sepertinya kau sama saja dengan mereka. Difikiranmu hanya benda-benda………..



Makassar, 04 September 2014

Tidak ada komentar: