Rabu, 18 Februari 2015

Indonesia, Aku Rindu Lagu itu


“Kau tidak lagi mencintaiku?”
“Kenapa kau tanya begitu??”
“Kau tidak suka dengan nasionalisme, bukan??” Tanyamu lagi
“Iya, jika itu berarti bahwa harus negaralah sebagai puncak dari loyalitasku”

Kau diam, lalu kita tidak lagi pernah bertegur sapa.
Bertahun-tahun sudah….
Tetapi malam ini
Ah, sungguh aku rindu….
Bagaimana kabarmu?

Maafkan jika belakangan ini tak lagi kuijinkanmu membuka dan membaca catatan-catatan sunyi hatiku…
Bukan karena ku tidak merindumu lagi, tetapi karena aku tak mau seredup doa yang tak pernah padam untukmu ini, terlihat olehmu.
Bagaimana mungkin kubisa melihatmu menangis??

Jika senja mulai memerah dan malam pun tiba, kau tahu??
Aku berdiri memandang langitmu yang penuh bintang-bintang.
Kulihat merahmu dan putihmu berkibar disana.

Kubiarkan seluruh tubuhku menggigil oleh hembus anginmu yang entah kenapa semakin dingin rasanya…
Kerap kali kudengar suaramu seperti memanggil-manggil
Tetapi siapa yang kau panggil?

Suaramu suara tertahan
Suaramu suara yang mistis…
Sedang terlukakah kau, sayang??

Jika malam hendak ke pagi, kau tahu?
Aku selalu gelisah memikirkanmu
Tak pernah kutertidur sebelum sempurna senyummu sarungiku.

Dan jika sudah begitu sayup-sayuplah kudengar lagi kidung kecil kita dulu..
Ya, Tanah Airku Indonesia.

Aku tak pernah lupa lagu itu
Syair yang penyala gelegak darah kita
Yang penabuh gendang kebebasan kita
Yang pengalir damba kemerdekaan hakiki kita

Ah, Indonesiaku
Sungguh mulai ku tak tahan..
Bergetar bibirku kini lafazkannya….

(Tanah airku Indonesia, negeri elok amat kucinta, tanah tumpah darahku yang mulia, kan kupuja sepanjang masa…..)

Makassar, 28 Agustus 2014

Tidak ada komentar: