Tinta-tinta telah ditumpahkan dan warna-warna hanyalah jelman belaka...... Masihkah perlu kata ketika warna-warna itu telah mengungkap segala rahasia?? Iqra' bismirabbik....Tuhan yang telah mencipta segala.......
Kamis, 12 Februari 2015
CINTA, JOKOWI DAN HUKUM SELINGKUH
16 April 2014
Cinta. Apa itu cinta??
Sebelum kujawab, ada satu hal. Seperti waktu, pemahaman itu juga relative, sungguh fatal jika sebuah persepsi dipertahankan mati-matian hanya karena alasan konsistensi apalagi sekadar karena pengalaman masa lalu. Begitu pula persepsiku tentang CINTA. Apa itu Cinta???
Saya berfikir maka saya ada. Eksistensiku adalah karena fikiran-fikiranku yang dengannya kutemukan diriku berada pada sebuah kebebasan tak terbatas, kehidupan tanpa makna lantaran toh kehidupan ini tanpa akhir dan tujuan. Tuhan, jika kamu memang percayai adanya ya tuhanlah dia di lain pihak. Hidupku milikku, hidupku urusanku sendiri. Bagaimana mungkin seseorang bahagia jika agama adalah kekangan??
Hmm, itu kata kawan diskusiku dulu yang terkagum-kagum sekali pada pemikiran Marx, Nietzsche, Freud, Sartre dan para penganut nihilism. Saya tidaklah seperti Dia. Sejak sebelum bisa kuberfikir, orang tuaku telah memahatkan dogma ke-Islaman-anya ke dalam benak dan rasa tedalamku.
Dogma?? Iya, dogma memang patut dikritisi, tetapi jika tidak ada dogma, saya pun mungkin sekali telah atheis seperti kawanku tadi. Memang benar, orang tualah yang membuat anak-anaknya menjadi yahudi, nasrani, muslim atau nihilis. Saya bangga pada orang tuaku, Saya bersyukur pada dogmanya, saya bangga pernah dididik di pesantren meski hanya drop out.
Seperti halnya ideology sosialisme dan kapitalisme, Islam pun adalah sebuah ideology. Ideologi adalah ide dasar, konsepsi pemikiran sekaligus metodologi penerapan. Soal tata cara hidup dan berkehidupan, adakah yang lebih sempurna dari cara-cara Islam mengaturnya? Adakah ideology yang memiliki konsep aturan tidak hanya soal bagaimana bernegara, berpolitik, berekonomi, berinteraksi social secara umum, tetapi juga sampai kepada hal-hal yang sangat detail dan privacy semisal bagaimana kiat-kiat berhubungan suami-isteri, makan minum, mandi, buang air dan sebagainya??
Saya berfikir karena saya manusia. Takdirku sudah seperti itu. Saya bukan langit dan bumi, bukan matahari dan bulan, bukan pula pepohonan apalagi binatang. Saya adalah manusia, berfikir adalah perintah Tuhanku. “Tafakkaru fi khalqillahi wa la tatafakkaru fil khaliq”. Fikirkanlah ciptaan-Nya dan tidak usah memikirkan dzat penciptanya. Iqra’ bismi rabbik. Bacalah dengan nama Tuhanmu. Firman Tuhanku.
Kenapa seorang muslim harus pemikir??
Jika kamu berfikir maka kamu akan percaya. Jika kamu sudah percaya, berfikirlah lebih dalam lagi agar kamu lebih percaya. Jika kamu sudah sungguh-sungguh percaya, maka kamu akan berani mengambil resiko dari kepercayaanmu itu. Ketika kamu telah berani mengambil resiko dari kepecayaanmu itu, maka kepercayaanmu itu barulah layak disebut IMAN. Iman itulah CINTA. Jadi, cinta itu disederhanakan saja definisinya. Tak perlu dibuat ribet hanya karena pernah membaca karya-karya Gibran, Rumi, atau sejarah Rabiah al Adhawiah.
Sekali lagi, cinta adalah iman. Dan ketahuilah, ketika kepercayaanmu sudah sampai pada level cinta, maka tak ada alasan untuk tidak berbahagia. Kenapa? Karena Tuhan akan selalu selalu menyapamu; “Hai orang-orang yang beriman”. Begitulah panggilan mesra dari-Nya. Nah, ketika DIA sudah menyapamu seperti itu, bergegaslah menyambut sapaannya. Ketika Dia memerintahkan sesuatu, bersegeralah melaksanakannya, ketika Dia melarangmu sesuatu maka bersegeralah meninggalkan sesuatu itu. Bukankah cinta memang butuh pembuktian??
Loyalitas, pembuktian kesetiaan, itulah pengorbanan. Cinta pasti butuh pengorbanan. Sejauh mana kadar pengorbananmu, sejauh itulah kualitas cintamu. Setinggi apa kadar cintamu, setinggi itulah kualiatas ketaqwaanmu. Manusia yang paling mulia disi Allah adalah manusia yang paling bertaqwa. Taqwa itulah pembuktian cinta.
Kau bertanya, adakah cinta yang sama dengan iman itu mampu berdamai dengan kata selingkuh?? Pertanyaanmu itu pasti aneh oleh mereka yang moralis, agamis, terlebih yang islamis. Tetapi tunggu dulu, karena walaupun aneh, toh hal ini adalah sebuah soal yang butuh jawaban.
Faktanya, selingkuh kini adalah sebuah kata yang sangat rawan diera telekomunikasi yang serba hitech ini. Bagaimana tidak, bahkan ketika diranjang pengantinmu tangan kananmu sedang memeluk mesra suami atau isterimu, tangan kirimu boleh jadi sedang terulur pada lelaki atau perempuan lain melalui ponsel cerdasmu. Bukan begitu? Maka baiklah, mungkin tidak ada salahnya jika soal satu ini kita ulas sedikit.
Saya sarankan, coba fikirkan makna pesan kitab suci ini:
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (QS. Ar-Rahman: 19-20).
Pada ayat lain juga disebutkan.
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (QS. Al-Furqaan: 53)
Artinya?? Dua laut berdampingan. Satu tawar satu asin tetapi tidak saling bercampur satu sama lain, itu keajaiban. Sekali lagi saya tidak mengatakan selingkuh itu boleh. Tetapi jika kamu memang terpaksa harus selingkuh, maka selingkuhlah dengan cara ajaib pula. Seperti dua laut itu.
Sulit sungguh-sungguh sulit?? Ok, jika kamu memang tak bisa, maka mari kembali lagi kepada pemahaman awal, CINTA = IMAN.
Kemudian, apa pula hubungan antara cinta, selingkuh dan Jokowi, politisi biasa yang hanya karena pernah memakai mobil ESEMKA, suka blusukan dan mau membeli bus rongsokan China tiba-tiba begitu dijagokan untuk menjadi presiden??
Begini, baik buruknya sebuah negara, berjaya atau hancur berkeping-kepingnya sebuah bangsa, itu sangat ditentukan oleh ideology apa yang dianut dan menjadi dasar dari system pemerintahannya. Di dunia ini hanya ada tiga ideology besar. Sosialisme, Kapitalisme dan Islam.
Dasar dan ideologi Negara kita adalah PANCASILA. Pancasila dalam fakta sejarahnya telah mengadopsi sosialisme sekaligus kapitalisme secara besar-besaran. Satu-satunya ideology yang belum pernah diberi ruang untuk diterapkan secara memadai apalagi menyeluruh adalah ideology Islam.
Sosialisme telah pernah diterapkan oleh Soekarno dijaman orde lama, begitupun kapitalisme sangat berjaya di jaman orde barunya Soeharto. Pun di era reformasi ini, kapitalisme malah telah merasuki hampir seluruh sendi-sendi kenegaraan kita. Hasilnya apa?
Orde lama dan orde baru dua-duanya berujung pada kerusuhan massal dengan segala cerita tragis dan lolong panjang rakyat yang ditinggalkannya. Reformasi pun tidak mau kalah menyedihkannya. Hari ini kita saksikan pemimpin-pemimpin kita, pejabat-pejabat public kita dengan santai dan tanpa malu-malu lagi hidup bergelimpang mewah diatas perut lapar dan air mata rakyat dari hasil korupsi. Sumber-sumber Daya Alam kita pun satu per satu telah dikuasai pihak asing.
Dan yang pasti masih sangat jelas di depan pelupuk mata kita adalah betapa uang telah menjadi raja diatas raja dalam pemilu legislative beberapa hari lalu. Para pemenang pileg, bukankah begitu telanjangnya para calon wakil rakyat terhormat itu memanfaatkan kemiskinan rakyat dengan membeli suara mereka seharga seekor ayam potong??
Ah, tiba-tiba saja rasa sedih berbaur marah mengaliri darahku manakala memikirkan nasib bangsa ini. Manakala mengingat nasib ratusan juta kaum muslimin yang tidak pernah boleh menjalankan aturan-aturan agamanya secara konprehensif di negerinya sendiri. Tiba-tiba saja pemilihan presiden yang tidak lama lagi itu menjadi momok menakutkan bagiku.
Adakah figure pemimpin yang mampu membebaskan negeri ini dari dominasi asing, adakah figure pemimpin yang mampu mengembalikan harga diri dan rasa malu rakyatnya, adakah calon presiden yang memiliki kesadaran bahwa karena Tuhanlah yang menciptakan manusia sebagus-bagus ciptaan maka sudah pasti hanya Tuhan pulalah yang paling faham aturan sebaik-baik apa yang terbaik bagi manusia, bukan aturan-aturannya legislator-legislator licik produk money politic itu??
Adakah calon presiden yang tidak lagi akan menjadikan Negara sebagai kekuatan pemaksa bagi rakyatnya untuk tidak menjalankan hukum-hukum agamanya sendiri??
Ah, atasnama CINTA dan dogma ke-Islam-anku, tidak mungkin kubeselingkuh dengan capres JOKOWI.
Wassalam…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar