Rabu, 27 Mei 2015

Sukakah engkau pada sepi??


Sepi kerap kali merefleksi apa yang pernah terjadi dan bukan memproyeksi apa yang akan terjadi. Sepi hanya menghadirkan rindu dan haru. Kata siapa rindu itu tidak sakit?

Aku tak suka sepi...
Tetapi sepi...tetapi sepi pulalah yang kerap membangunkanku dari lelap lalu lalang kemarin, hari ini dan esok itu.
Ialah yang kerap mengguncang-guncang inspirasiku untuk berwudhu dan istikharah.

Ia selalu berteriak:
Hey lelaki, bangun!! Lihatlah betapa dunia dan akhirat sama-sama cantik dan merangsang.
Masihkah engkau dewasa?

Dunia betapa sempurna telah telanjang dan mengangkang. Lihatlah betapa matanya memandangmu penuh birahi.
Mungkin hanya butuh sedikit gerakan khusus agar terpasti orgasme yang paripurna, bukan?

Dan akhirat??
Duhai.......tubuhnya memang tersembunyi. Memang tak tampak menantang seperti dunia.
Tetapi amatilah dengan seksama. Ia tidaklah terlindung oleh tebal tinggi beton baja, bukan?
Otakmu cukup cerdas memvisualisasikan lekuk-lekuk khuldy yang tengkurap tengadah pasrah dibaliknya itu, bukan?
Bukankah hanya hijab sutra tipis yang menghalangi matamu menembus keindahannya?
Maka hey!! Keluarkanlah ramuan imajinasi terhebatmu lalu tuangkanlah pada titik-titik imanmu yang mulai mengering. Aku tahu engkau sedang gamang, katanya.

Ingin sekali. Tetapi bagaimana ku menyatukan keduanya dalam satu ranjang pengantinku?

Tidak mungkin. Engkau mesti memilih hanya satu dari keduanya. Engkau harus bertindak berani tetapi tepat sekaligus. Sebab ini hanya soal moment. Hanya masalah lambat atau cepat.

Sungguh-sungguhkah tidak mungkin? Seperti mau mati harapku.

Sepi tak menjawab. Ia hanya diam. Ia kehabisan aksara.

Angin bertiup pelan. Tiba-tiba ada suara lain berteriak dalam diamnya.

"Mungkin!! Kenapa tidak?? Semua telah tertulis didalam kitab sucimu"

Suara siapakah itu? Kembali sepi sebenar-benarnya sepi.

Kujawab sendiri: Itu adalah suara Iblis dari alam bawah sadarnya. Kali ini ia jujur.

Tidak ada komentar: